Filsafat adalah ilmu
untuk olah pikir, akan tetapi jika manusia dalam berpikir hanya menggunakan logikanya
saja, dia seenaknya, dalam artian dia dalam menggunakan pikirannya tidak ada
batasan, maka ada tiga kemungkinan yang akan terjadi pada manusia itu, yaitu dia
akan menjadi atheis, dia akan terjebek dalam kebingungan, atau jika sudah
berada pada titik yang sangat parah, tidak menutup kemungkinan dia bisa menjadi
gila. Untuk itu, dalam berpikir, manusia perlu empat batasan yang harus ada,
yaitu: Spiritual, Normatif, Formal, dan Material.
Pada artikel ini, saya
lebih tertarik untuk membahas hal spiritual, karena berdasarkan pengalaman saya,
pernah ada seorang teman yang menanyakan kepada saya tentang konsep keberadaan Tuhan,
dan pada awalnya, saya tidak bisa memberikan jawaban yang sesuai dengan apa
yang dia inginkan. Dia menanyakan: “Kenapa Tuhan itu ada?” saya menjawab: “Tuhan
ada untuk mengatur alam semesta, jika Tuhan tidak ada, maka alam semesta akan
hancur”. Dia masih menimpali dengan pertanyaan lanjutan: “Bukankah alam semester
punya autoregulasi?”. Saya menjawab lagi: “Yang menciptakan autoregulasi adalah
Tuhan itu sendiri”. Akan tetapi dia masih belum puas dengan jawaban tersebut,
dan melanjutkan ke pertanyaan yang jika dijawab hanya akan menimbulkan suatu
pertanyaan baru dan berputar-putar tanpa alur yang jelas. Karena pada diskusi pertama,
saya merasa dia belum cukup puas dengan jawaban saya, saya mencoba mencari
jawaban. Dan setelah beberapa saat, terlintas pada pikiran saya tentang mata
kuliah geometri analitik ruang tentang konsep titik sebagai definisi pangkal.
Mungkin itu adalah suatu petunjuk yang diberikan Tuhan kepada saya.
Suatu saat, saya
bertemu lagi dengan teman saya dan akhirnya, saya mencoba menjelaskan dengan
konsep titik sebagai definisi pangkal tersebut. Saya ambil salah satu contoh bangun
ruang, pada saat itu adalah kubus. Saya jelaskan satu persatu dari definisi
kubus dan komponen pembentuknya, yaitu: bidang, garis, dan titik. Dalam
menjelaskan, saya memberikan pertanyaan, kemudian saya jawab sendiri pertanyaan
itu. Kurang lebihnya, penjelasan saya sebagai berikut:
Kubus itu apa? kubus adalah bangun ruang
yang dibatasi oleh enam buah persegi.
Persegi itu apa? persegi adalah suatu
luasan yang dibatasi empat garis yang sama panjang.
Garis itu apa? garis adalah kumpulan titik-titik
yang memiliki panjang tertentu dengan jarak antara dua titik yang paling dekat sama
dengan atau mendekati nol.
Kemudian saya bertanya kepada teman saya:
Sekarang titik itu apa?, apakah seperti ini? (sambil menggambarkan titik pada
sebuah kertas). Itu hanyalah lambang dari sebuah titik. Titik dalam geometri
adalah definisi pangkal, yang tidak dapat dijelaskan, bahkan, ilmuwan geometri hingga
saat ini belum menemukan definisi dari sebuah titik, akan tetapi titik harus
ada dalam ilmu geometri. Begitu juga keberadaan Tuhan yang tidak dapat
dijelaskan dengan hanya menggunakan logika, namun Dia harus ada.
Kesimpulan yang dapat
saya ambil adalah, bahwa semua ilmu (bukan hanya filsafat saja), perlu ada
sesuatu yang membatasinya, agar tidak keluar dari koridor yang seharusnya. Salah
satu yang membatasinya adalah spiritual/agama/iman/keyakinan. Dapat dikatakan
bahwa, agama adalah nahkoda bagi kapal yang bernama ilmu, keduanya tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Pada kesempatan ini, saya mengutip
pernyataan seorang filsuf terkenal, Albert Einsten:
Science without religion is lame
(Ilmu tanpa Agama Lumpuh)
Religion without science is blind
(Agama tanpa Ilmu Buta)
No comments:
Post a Comment